Tuesday, April 12, 2011

P4K dan Ambulans Desa


BAB 3
LANDASAN TEORI

3.1  P4K (PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KEGAWATDARURATAN)
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi. atau disingkat P4K adalah Program yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian Ibu dan Bayi. Program ini sesungguhnya sudah lama ada sejak program Safe Motherhood dan program Kesehatan Ibu dan Anak ada. Penerapan program P4K ini merupakan tindak lanjut yang lebih kongkret yang melibatkan masyarakat.
Pengertiannya adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh bidan sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil, suami dan keluarga, tentang :
1.      Semua kehamilan berisiko atau membahayakan
2.      Bahaya kehamilan dan persalinan
3.      Ajakan kepapda ibu hamil, suami dan keluarganya untuk melakukan perencanaan persalinan, meliputi:
a.       Tempat persalinan
b.      Penolong persalinan
c.       Persiapan transportasi
d.      Persiapan keuangan
e.       Calon donor darah
f.       Persiapan pakaian bayi dan ibu hamil
g.      Perencanaan KB (Keluarga Berencana) setelah melahirkan
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan program pemasangan stiker, yang merupakan upaya terobosan percepatan penurunan angka kematian ibu. Program ini merupakan salah satu kegiatan Kelurahan Siaga. Melalui P4K dengan stiker yang ditempel dirumah ibu hamil, maka setiap ibu hamil akan tercatat, terdata dan terpantau secara tepat. Stiker P4K berisi data tentang : nama ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transport yang digunakan dan calon donor darah.
Dengan data dalam stiker, suami, keluarga, kader, dukun, bersama bidan di desa dapat memantau secara intensif keadaan dan perkembangan kesehatan ibu hamil, untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai standar pada saat antenatal, persalinan dan nifas, sehingga proses persalinan sampai nifas termasuk rujukannya dapat berjalan dengan aman dan selamat, tidak terjadi kesakitan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan selamat dan sehat.
Adapun tujuan dari P4K adalah:
1.      Suami,keluarga dan masyarakat paham tentang bahaya persalinan
2.      Terdatanya sasaran ibu hamil dan terpasngnya stiker P4K dirumah ibu hamil agar diketahui :
a.       Lokasi tempat tinggal ibu hamil
b.       Identitas ibu hamil
c.       Taksiran persalinan
d.      Penolong persalinan, pendamping persalinan dan fasilitas tempat persalinan
e.       Calon donor darah, transportasi yang akan digunakan serta pembiayaan
3.      Adanya rencana persalinan aman yang disepakati antara ibu hamil,suami dan keluarga, dengan bidan
4.      Adanya rencana alat kontrasepsi setelah melahirkan yang disepakati antara ibu hamil, suami dan keluarga, dengan bidan
5.      Adanya dukungan dari tokoh masyarakat, tokoh agama, kader, dukun bayi, dll dalam perencanaan persalinan dan KB setelah melahirkan, sesuai peran masing-masing
6.      Adanya dukungan sukarela dari keluarga dan masyarakat dalam perencanaan persiapan persalinan ibu hamil dalam hal biaya, transportasi, donor darah untuk proses persalinan termasuk menghadapi kegawatdaruratan ibu hamil, ibu bersalin dan bayi baru lahir
7.      Memantapkan kerjasama antara bidan, dukun bayi dan kader
Sedangkan manfaat P4K :
a.       Mempercepat berfungsi desa siaga
b.      Meningkatkan cakupan pelayanan ANC sesuai standar
c.       Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil
d.      Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun
e.       Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini
f.       Meningkatnya peserta KB pasca melahirkan
g.      Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi
h.      Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu.
Komponen P4K dengan stiker :
Fasilitas aktif oleh Bidan :
1.      Pencatatan ibu hamil
2.      Dasolin/ tabulin
3.      Donor darah
4.      Transport/ ambulan desa
5.      Suami/ keluarga menemani ibu pada saat bersalin
6.      IMD
7.      Kunjungan nifas
8.      Kunjungan rumah
Operasional P4K dengan stiker di tingkat Desa
1.      Memanfaatkan pertemuan bulanan tingkat desa/ kelurahan
2.      Mengaktifkan forum peduli KIA
3.      Kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker
4.      Pemasangan stiker dirumah ibu hamil
5.      Pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa
6.      Pengelolaan donor darah dan sarana transportasi/ ambulan desa
7.      Penggunaan, pengelolaan, dan pengawasan tabulin/ dasolin
8.      Pembuatan dan penandatanganan amanat persalinan.

Indikator Pemantauan Pelaksanaan P4K
1.      Persentase desa melaksanakan P4K dengan stiker
2.      Persentase ibu hamil mendapat stiker
3.      Persentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan antenatal sesuai standar
4.      Persentase ibu hamil berstiker bersalin di tenaga kesehatan
5.      Persentase ibu hamil, bersalin, dan nifas berstiker yang mengalami komplikasi tertangani
6.      Persentase menggunkan KB pasca salin
7.      Persentase ibu bersalin di nakes mendapatkan pelayanan nifas
Rencana Strategi Making Pregnancy Safer (MPS) terdiri dari 3 pesan kunci dan 4 strategi. Adapun Tiga pesan kunci MPS adalah :
1.      Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
2.      Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat
3.      Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap upaya pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran
Sedangkan Empat Strategi MPS adalah :
1.      Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi dan balita di tingkat dasar dan rujukan
2.      Membangun kemitraan yang efektif
3.      Mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat
4.      Meningkatkan system surveilans, pembiayaan, monitoring dan informasi KIA
Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis,pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus. Dalam penerapannya terdiri atas 10 T :
1.      Timbang BB dan ukur TB
2.      Ukur Tekanan Darah
3.      Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
4.      Ukur tinggi fundus uteri
5.      Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6.      Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan
7.      Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
8.      Test laboratorium ( Rutin dan Khusus)
9.      Tatalaksana kasus
10.  Temu wicara(konsling), termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan

Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan,yaitu :
1.      Minimal 1 kali pada triwulan pertama
2.      Minimal 1 kali pada triwulan kedua
3.      Minimal 2 kali pada triwulan ketiga
Pelayanan kesehatan neonatal adalah : pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonates sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :
1.      Kunjungan Neonatal ke-1 (KN1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 jam setelah lahir, yang dilakukan :
·         Perawatan tali pusat
·         Melaksanakan ASI Ekslusif
·         Memastikan bayi telah diberi injeksi Vitamin K1
·         Memastikan bayi telah diberi salep mata antibiotic
·         Pemberian imunisasi hepatitis B-O
2.      Kunjungan Neonatal ke-2 (KN2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir,dengan melakukan pemeriksaan menggunkan pendekatan MTBM ( Manajemen Terpadu Bayi Muda) :
·         Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI
·         Pemberian Imunisasi Hepatitis BO bila belum diberikan pada waktu perawatan bayi baru lahir
·         Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI Ekslusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah dengan menggunkan Buku KIA
·         Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
3.      Kunjungan Neonatal ke-3 (KN3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.

Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
1.    Primigravida < 20 thn atau > 35 tahun
2.    Anak lebih dari 4
3.    Jarak persalinan terakhir dan kehamilan < 2 tahun
4.    Kurang Energi Protein (KEP) dengan lingkar lengan atas < 23,5cm, atau penambahan BB <9 kg selama masa kehamilan
5.    Anemia dengan HB < 1 g/dl
6.    TB < 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang belakang
7.    Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini
8.    Sedang / pernah menderita penyakit kronis, antara lain TBC, kelainan jantung-ginjal-hati,psikosis, kelainan endokrin, tumor dan keganasan
9.    Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu, mola hidatodosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat kongenetal
10. Riwayat persalinan dengan komplikasi : SC
11. Riwayat keluarga dengan DM, hipertensi, riwayat cacat kongenetal

Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :
1.    Ketuban pecah dini
2.    Perdarahan pervaginam :
3.    Hipertensi dalam kehamilan ( sistolik> 140 mmhg, diastolic > 90 mmhg)
4.    Ancaman persalinan premature
5.    Infeksi berat dlm kehamilan ( DBD, Typus, Sepsis )
6.    Distosia : persalinan macet, persalian tak maju
7.    Infeksi masa nifas

3 Terlambat dalam Penanganan Persalinan :
1.    Terlambat dalam mengenali tanda bahaya (mengambil keputusan)
2.    Terlambat mencapai fasilitas kesehatan
3.    Terlambat dalam penanganan di fasilitas kesehatan (Rumah Sakit)

Perencanaan persalinan
Seorang ibu hamil dan keluarganya, seyogyanya mempunyai perencanaan persalinan sebagai berikut :
·         Akan melakukan persalinan dimana?
·         Siapa yang akan mengantar untuk mendapatkan pertolongan persalinan?
·         Menggunaan kendaraan apa dan milik siapa untuk mengantar ?
·         Siapa yang akan menjadi pendonor darah apabila terjadi kekurangan cairan darah ?Untuk itu, seorang ibu hamil harus tahu apa golongan darahnya.

Tanda – tanda komplikasi pada Neonatus :
1.    Tidak mau minum / menyusu
2.    Riwayat kejang
3.    Bergerak hanya jika dirangsang / Letargis
4.    Frekwensi napas <= 30x/ menit dan >= 60x/menit
5.    Suhu tubuh<=35,5 C dan >=37,5C
6.    Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
7.    Merintih
8.    Ada pustul kulit
9.    Nanah banyak di mata
10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut
11. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
12. Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat
13. BB menurut umur rendah / ada masalah pemberian ASI
14. BBLR : Berat badan lahir rendah < 2500 gram
15. Kelainan congenital seperti ada celah dibibir dan langit- langit

Komplikasi pada Neonatus, antara lain :
1.    Prematuritas dan BBLR < 2500 gram
2.    Asfiksia
3.    InfeksiBakteri
4.    Kejang
5.    Ikterus
6.    Diare
7.    Hipotermia
8.    Tetanus Neonatorum
9.    Masalah pemberian ASI
10. Trauma lahir, kelainan congenital, dll

Pelayanan medis yang dapat dilakukan di puskesmas mampu PONED, meliputi :
1.    Pelayanan Obstetri
a.       Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas
b.       Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan ( pre-eklamsi dan eklamsi)
c.       Pencegahan dan penanganan infeksi
d.      Penanganan partus lama / macet
e.       Penanganan abortus
f.       Stabilisasi komplikasi obstetric untuk rujukan dan transportasi
2.    Pelayanan Neonatus
a.       Pencegahan dan penanganan asfiksia
b.      Pencegahan dan penanganan hipoternia
c.       Penanganan BBLR
d.      Pencegahan dan penanganan infeksi neonates, kejang neonates, ikterus ringan – sedang
e.       Pencegahan dan penanganan gangguan minum
f.       Stabilisasi komplikasi neonates untuk di rujuk dan transportasi rujukan

Hak anak dalam mendapatkan pelayanan kesehatan , antara lain :
1.      Pemberian imunisasi dasar lengkap ( BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3, Campak) sebelum bayi umur 1 tahun
2.      Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK)
3.      Pemberian Vit A 100.000 IU ( 6- 11 bulan)
4.      Konseling ASI Ekslusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda – tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi dirumah menggunkan Buku KIA
5.      Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sehat dan sakit :
Pelayanan Standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan, antara lain :
1.      Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku KIA / KMS
2.      Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali dalam setahun
3.      Pemberian Vitamin A dosis tinggi ( 200.000 IU), 2 kali dalam setahun
4.      Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
5.      Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunkan pendekatan MTBS
Stiker+P4K
Stiker P4K
Program P4K, diterapkan di masyarakat dalam bentuk penempelan STIKER P4K di rumah ibu yang sedang hamil. Pengisian stiker dilakukan oleh bidan desa, dengan melakukan diskusi mendalam dengan ibu hamil dan keluarga lalu dipasang/ ditempelkan di dinding bagian depan rumah yang mudah dilihat orang. Dengan demikian diharapkan semua kemungkinan yang menghambat kelancaran proses persalinan dapat dikurangi sekecil mungkin.

3.2              AMBULANS DESA
Pengertian
Ambulans desa adalah  mobil milik warga yang secara sukarela disiagakan untuk membantu ibu hamil yang telah tiba masa persalinannya atau ibu hamil yang diharuskan untuk memeriksakan diri ke fasilitas yang lebih memadai dari apa yang ada di tempat ia tinggal. Kehadiran ambulans desa ini dinilai cukup membantu kelancaran proses persalinan warga dan dapat digolongkan dalam Gerakan Sayang Ibu.
Selain mobil, sepeda motor juga disebut ambulans karena memiliki fungsi seperti mobil ambulans yaitu membawa pasien. Ojek ambulans diutamakan untuk mengantar ibu hamil ke bidan di Pusat Kesehatan Desa (Puskesdes). Para pengojek di desa terpencil secara sukarela siap menjaga dan mengantar para ibu yang hamil memeriksakan kandungannya ke bidan hingga pada waktu menjelang kelahiran. Tim sukarelawan ini selalu Siaga (siap antar dan jaga) selama 24 jam bagi ibu hamil dengan kata lain para tukang ojek turut serta dalam Gerakan Sayang Ibu (GSI) yang sudah dimulai sejak tahun 2002.
Keberadaan ojek ambulans sudah pasti sangat menolong masyarakat karena di daerah terpencil belum ada alat transportasi umum yang memadai kecuali kendaraan Cidomo yaitu sejenis delman yang ditarik kuda. Beberapa lokasi permukiman penduduk pun masih ada yang tidak bisa dijangkau dengan kendaraan roda empat karena hanya berupa jalan setapak.Oleh karena itu, wajar jika sebelum ada program GSI banyak ibu melahirkan tidak tertolong sehingga angka kematian ibu dan anak banyak.
Ojek ambulans bukanlah milik pemerintah desa tetapi milik perorangan. Sepeda motor ini milik sendiri (pribadi -Red). Untuk lokasi yang hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki, tak jarang pengojek bersama warga lainnya menandu dengan menggunakan kain yang diikat pada bambu hingga menyerupai ayunan dan ibu naik di atas kain tersebut. Ada yang ditandu (digotong) pakai kain itu dan harus berjalan lama sampai dua jam baru sampai ke jalan. Sepeda motor yang biasanya hanya boleh ditumpangi dua orang, tetapi ojek ambulans bisa dinaiki tiga orang yakni pengojek, ibu hamil, dan pengantar.
Selain suami, dukun beranak juga sering diminta mengantar ibu hamil. Tetapi jika tidak ada bisa mengantar, maka ibu hamil tersebut membonceng dengan cara badan si ibu diikat dengan kain panjang ke badan pengojek.
Pengojek Tim Ambulans ini telah terlatih, selama sebulan mereka menjalani latihan untuk menghadapi situasi darurat, sehingga pengojek benar-benar siaga memberi pertolongan kapan saja diperlukan.
Sejak awal ibu-ibu hamil mendapat perhatian, di rumahnya dipasang bendera sebagai tanda di rumah rumah tersebut ada ibu yang sedang hamil. Bendera kuning dipasang di rumah ibu yang kehamilannya normal, sedangkan bendera merah dipasang di rumah ibu hamil dengan risiko tinggi. Kami punya buku saku untuk mencatat nama-nama ibu yang sedang hamil lengkap dengan jadual pemeriksaan kandungannya dan kapan diperkirakan akan melahirkan.
Para pengojek yang jadi sukarelawan itu tidak mendapatkan honor tetapi mereka mendapatkan ongkos antara Rp15.000 hingga Rp20.000 dari bidan. Itu kalau si ibu peserta Askeskin, kalau yang agak mampu ibu hamil atau keluarganya memberi uang terserah kemampuannya saja.

Tujuan ambulans desa
Adapun tujuan umum dari pengadaan ambulans desa yaitu :Mempercepat penurunan AKI karena hamil, nifas dan melahirkan. Sedangkan Tujuan khusus. Ambulans desa : Mempercepat pelayanan kegawat daruratan masa1ah kesehatan, bencana serta kesiapsiagaan mengatasi masalah kesehatan yang terjadi atau mungkin terjadi.
Sasaran ambulans desa
Pihak-pihak yang berpengaruh terhadap perubahan prilaku individu dan keluarga yang dapat menciptakan iklim yang kondusif terhadap perubahan prilaku tersebut. Semua individu dan keluarga yang tanggap dan peduli terhadap permasalahan kesehatan dalam hal ini kesiapsiagaan memenuhi sarana transportasi sebagai ambulan desa.

Kriteria ambulans desa
a.      Kendaraan yang bermesin yang sesuai standart (mobil sehat)
b.      Mobil pribadi, perusahaan, pemerintah pengusaha .
c.       ONLINE (siap pakai)

Indikator Proses Pembentukan Ambulan Desa.
a.      Ada forum kesehatan desa yang aktf
b.      Gerakan bersama atau gotong royong oleh masyarakat dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah kesehatan. bencana serta kegawat daruratan kesehatan dengan pengendalian faktor resikonya.
c.       UKBM berkualitas
d.      Pengamatan dan pemantauan masalah kesehatan.
e.       Penurunan kasus masalah kesehatan, bencana atau kegawat daruratan kesehatan.

No comments:

Post a Comment